Teologi : Intellectus Quaerens Fidem

Alam adalah konsep materialis menurut pandangan indrawi*
Alam adalah sebuah peristiwa dari sudut pandang ilmu pengetahuan*
Alam adalah sebuah  peristiwa (ilmu pengetahuan) yang akan membentuk suatu keyakinan(Agama) secara materialis namun karena materialis bersifat nisbi, sehingga ia senantiasa mencari keseimbangan dalam menerapkan keyakinan-nya, maka sejatinya materialis akan memilih dirinya menuju pada kehancuran. Satu-satunya hal dalam pandangan sufi yang bisa menyeimbangkannya adalah Kecintaan pada ilahi (Habluminal-llah). "barangkali ini sering kita temui dalam bacaan sufistik"

Ibnu Bajjah (avempace), Nashruddin Al-Thusi (Sy. 12 imam), Ibnu Haitham (al-hazen), yang kemudian di wilayah Polandia ada Nicholaus Copernicus, Italia dengan bapak astronomi observasi (Galileo), Isacc Newton (Hukum gravitasi universal), Albert Einstein (tak perlu di jabarkan lagi Fisikawan-Filsuf), sampai dengan beberapa pemateri teologi agama yang sering saya temui di HMI. 

Percikan gagasan para fisikawan pada abad ke-17, pertama kali terjadi ketika Isacc Newton dan Gottfried Leibniz memformulasikan konsep mekanika dan kalkulus. Yang kemudian menjadi awal dari revolusi industri, sains dan teknologi. Konsekuensi dari fisika Newton-isme adalah alam semesta dipandang sebatas sistem yang berkerja secara mekanis-tik dan determinis-tik.

Kemudian berlanjut di awal abad ke-20, yaitu ketika konsep fisika mikrokosmos dan makrokosmos sudah mulai dapat di kuantitatifkan dengan baik oleh umat manusia. Konsep mikrokosmos (fisika kuantum) mengantarkan kepada pemahaman bahwa alam semesta tersusun pada partikel-partikel yang bersifat probabilistik (kira-kira begitu pandangan manusia sebagai pengamat), sedangkan konsep makrokosmos (astrophysics, fisika astronomi), mengantarkan kepada pemahaman bahwa alam semesta adalah entitas yang dinamis "terus bergerak" (kemungkinan akan berakhir).

Konsep mikrokosmos isyaratkan bahwa ide alam semesta adalah sebuah ilusi; bahwa setiap materi tersusun oleh atom sedang atom tersusun atas inti atom dan elektron yang mengelilinginya, sehingga posisi elektron dalam atom layaknya arisan ibu rumah tangga (tidak dapat di ramalkan) atau bersifat probabilitas (probabilistik), sehingga materi yang terlihat dianggap banyak memiliki ruang kosong di dalamnya. Materi tetap ada akibat pengorbitan elektron yang harmonis-- dapat menutupi ruang kosong dalam atom, sehingga maksud ilusi adalah keberadaan ide materi yang meninggalkan jejak cahaya. "anggaplah sebuah percikan cahaya bagi Phvelupuitis dari Jalaludin Rumi".

Selanjutnya pada abad ke-21, Sejak terdapat kecenderungan bahwa partikel elementer selalu dapat dibagi menjadi partikel yang lebih elementer, maka sebagian fisikawan berspekulasi, bahwa terdapat ke-tak berhinggaan dalam dunia mikrokosmos, dan ketak-berhinggaan dalam dunia makrokosmos. Maka dari itu, sebagian ilmuwan mencoba menggagas konsep-konsep yang dapat mengantarkan ke pemahaman yang mensinergikan kedua kutub dunia tersebut. Salah satu ilmuwan yang cukup sukses dalam menggagas teori tersebut adalah Edward Witten. Beliau menggagas teori String; yaitu suatu konsep yang berbasis pada peristiwa. Sebuah partikel yang diam adalah titik dalam domain ruang, yaitu domain ruang dan waktu.
Mungkin begitulah konsep ilmu pengetahuan, alam semesta terus menerus melakukan transendensi terhadap keyakinannya. 
Lantas apakah kita masih bisa membicarakan tentang Tuhan ? 
Menurut Dedy ibmar, membicarakan ttg tuhan adalah membicarakan tentang kerinduan purba manusia terhadap asal usulnya.
Lantas bagaimana dengan masa depan agama ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"74thn HMI" : Mengokohkan Komitmen Keislaman dan Kebangsaan

November Membaik