Sayap Garuda

Suara lantang aspirasi bak mentari di ufuk timur
Menjadi terang bagi penguasa buta yang tertidur.
Kepada demokrasi yang di bungkam
Kepada aparat pemerintah yang juga ikut terdiam
dan Kepada wakil rakyat yang mengalami demam
Kami kembali menagih janji perjuangan yang takkan kusam
Di atas pijakan nafas perlawanan suara rakyat akan terus tersampaikan
Serupa tombak pahlawan menerjang penjajah
Perisai perjuangan yang tak hilang dari sejarah
Menyatu dengan kata
Indonesia, kata dari berbagai macam beda yang sama
dengan simbol bhineka tunggal ika
Melebur menjadi satu nahkoda garuda pancasila

Kemerdekaan negeri ini bukan hasil konferensi meja bundar saja
Tetapi tentang tetesan darah para pejuang nusantara
Maka revolusi bukan sekedar teriakan kata merdeka
Tetapi tentang rakyat yang larut dalam derita bernegara

Demokrasi yang katanya lahir dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat kini mati di ruang wakil rakyat.
Hari ini akan jadi saksi sebuah peristiwa
Ketika kritik di jalan di anggap pembangkan di negeri ini
Menjadi tamu di rumah sendiri
Terpenjara bagi generasi penerus negeri bukanlah penghalang untuk berada di barisan rakyat yang selalu terintimidasi

duduk di ruangan mewah dengan fasilitas istimewa itulah mereka yang katanya amanah

Penculikan aktivis Trisakti, tragedi 98, pembantaian para aktivis HAM berakhir pada lingkungan kampus yang jadi medan perang para pemilik tahta. Inilah demokrasi!
Apa yang salah dengan kami?
Di mana nurani pemimpin negeri?
Seolah rakyat adalah musuh bagi negara.
Kemana perginya Garuda Pancasila
Saat mereka semakin merajalela
Korupsi menjadi ramai karena bisa mediasi
Di kebiri hingga menyoalkan semua nilai privasi.
Bahkan perempuan jadi sasaran konstitusi.
Hingga aib rumah tangga harus di atur oleh negara sendiri.

Berbagai pasal di munculkan untuk membungkam hak hak rakyat,
negeri ini milik siapa??
Serakah jabatan jadi wajib untuk tetap hidup, bukan sekedar jadi tempat mengisi perut.
Kalian aparat jangan jadi keparat.
Menitip luka pada mereka yang tak tau apa-apa
Jika tak mampu memperjuangkan hak rakyat pulang saja nonton tv di rumah

Persoalan asap yang tak kunjung usai, menunggu rakyat agar tutup usia.
Dimana nilai manusia jika nyawa harus di tukar dengan lahan dan jabatan.

Burung Garuda patah sudah sayap kirinya
Diam di rumah sendiri, mati atas nama konstitusi.
Segala bentuk privasi korupsi kontroversi mediasi   mendapatkan apresiasi setelah tunai di meja administrasi. Mereka raja manipulasi!

Demokrasi kita milik siapa? Jika rakyat tak dapat jatah bersuara.
Kaum muda dan kaum tua akan selalu berseteru!
jika yang mereka urusi masih baju dasi dan harga sepatu

Bagai ratusan duri yang menancap di tubuh pancasila
Perlahan tapi pasti mematikan gerak langkah para penerus bangsa

Selama kami masih ada dan pemimpin negeri ini masih tutup mata dan telinga maka selama itu pula suara kami akan terus terdengar di pelosok nusantara

Bahwa yang benar adalah benar dan itu harus di sampaikan sebab inilah meskipun terpenjara di ruang pemerintah kami akan terus melawan menentang pendatang penegak hukum yang tak pernah betul mengadili, Hukum tersusun rapi tapi sayang di jajah, pejabat banyak harta uang jelas pembela, penjara jadi mewah hotel berbintang lima, rasa takut tak ada berkat jeruji di buat lebih indah di banding tempat ibadah.

Palu 24 September 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"74thn HMI" : Mengokohkan Komitmen Keislaman dan Kebangsaan

November Membaik

Teologi : Intellectus Quaerens Fidem